Lapor Dibegal, Ternyata Bohong karena Judol: Kasus Pria Bandung yang Tersudut

Lapor Dibegal, Ternyata Bohong karena Judol
Lapor Dibegal, Ternyata Bohong karena Judol

Sebuah kasus tak biasa terjadi di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Seorang pria asal Bandung berinisial A (30) lapor di begal, bohong karena judol, demi menutupi utang akibat kecanduan judi online slot. A mengaku di rampok saat mencari rumput, padahal ia hanya terjatuh dari motor.

Kasat Reskrim Polres Kuningan, AKP Nova Bhayangkara, membenarkan adanya laporan palsu yang di buat A pada Senin, 30 Juni 2025. Dalam laporannya ke Polsek Cilimus, A mengklaim menjadi korban pembegalan oleh dua orang tak di kenal yang membawa celurit dan merampas tas berisi uang Rp3,2 juta.

“Setelah di lakukan penyelidikan, terungkap bahwa tidak ada pembegalan. Itu murni laporan palsu,” kata Nova.

A berdalih uang tersebut adalah milik kepala kandang tempatnya bekerja, yang di pinjam dan akhirnya habis untuk main judi online. Ia berharap dengan melaporkan pembegalan, utangnya bisa di anggap lunas. Sayangnya, rencana itu terbongkar lewat penyelidikan polisi yang menemukan kejanggalan pada keterangan dan lokasi kejadian.

Baca Juga : Kuras ATM Polisi, Pria Makassar Ditangkap Polisi Gowa

Awalnya Jatuh, Lalu Bohong Demi Tutupi Utang Judol

Kebohongan A di mulai saat ia benar-benar jatuh dari motor di wilayah Desa Bandorasa Kulon, Kecamatan Cilimus. Namun alih-alih mengakui kecelakaan, ia memutuskan memutar cerita agar terlihat sebagai korban kejahatan. Saat itu, A panik karena uang yang ia pinjam untuk bermain slot online habis tanpa hasil.

“Saya jatuh ke selokan, terus mikir mau laporan di begal biar utang saya di anggap lunas,” akunya.

A mengaku baru bermain judi online sekitar sebulan, tapi sudah menghabiskan total Rp2,2 juta. Uang tersebut di gunakan bertahap, dari Rp300 ribu hingga Rp500 ribu sekali pasang. Ia tergiur setelah melihat iklan aplikasi slot di media sosial, lalu mulai mencoba dan ketagihan.

Dalam pikirannya, membuat laporan palsu akan jadi cara cepat untuk keluar dari tekanan utang. Namun skenario itu gagal total. Polisi menemukan tak ada bukti penarikan tunai seperti yang A klaim, bahkan kepala kandang tempat ia bekerja juga membantah ada pengambilan uang pada hari itu.

Sayangnya, A baru sadar sepenuhnya setelah kebohongannya terbongkar. Ia mengaku menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan serupa.

Motif Pria Lapor Di Begal Bohong karena Judol Terungkap

Motif utama A melapor palsu adalah keputusasaan karena kehilangan uang judi. Ia berharap kepala kandang akan menganggap insiden itu sebagai musibah. Tapi pengakuan bahwa dia lapor di begal, bohong karena judol, menunjukkan bahwa candu judi online bisa memutarbalikkan logika seseorang.

“Dia sudah kalah Rp2,2 juta dan belum pernah menang. Itu uang pinjaman yang di pakai untuk taruhan,” jelas AKP Nova.

A juga mengaku bahwa semua informasi yang ia sampaikan ke polisi bersifat bohong. Ia bahkan memikirkan skenario malam sebelumnya dan langsung datang ke kantor polisi esok harinya untuk membuat laporan palsu.

Kecanduan slot online mempengaruhi mental dan cara berpikir A. Ia merasa tertekan, kehilangan kontrol diri, dan mencoba memanipulasi keadaan untuk lolos dari tanggung jawab. Ini menjadi bukti bahwa perjudian online bukan hanya merusak secara ekonomi, tapi juga secara moral dan psikologis.

Hukum untuk Lapor Di Begal Bohong karena Judol

Kini A harus menghadapi konsekuensi hukum atas perbuatannya. Ia di jerat dengan Pasal 220 KUHP tentang laporan palsu, dengan ancaman hukuman hingga 4 tahun penjara. Selain itu, ia juga bisa di kenakan Pasal 14 dan 15 UU No. 1 Tahun 1946 tentang penyebaran berita bohong, dengan ancaman 3 sampai 10 tahun penjara.

“Ini jadi pelajaran penting. Laporan palsu tidak akan kami toleransi, apalagi jika berawal dari praktik judi online,” tegas Nova.

Pihak kepolisian berharap masyarakat tidak mencoba-coba menempuh jalur pembohongan hukum demi menutupi masalah pribadi. Sebab, selain melanggar hukum, hal itu bisa mengganggu kinerja aparat dan menciptakan keresahan.

Langkah tegas aparat adalah bentuk edukasi publik agar tidak mudah membuat laporan palsu, dan sekaligus peringatan bahwa judol bisa jadi pintu masuk berbagai bentuk kejahatan lainnya.

Pelajaran dari Kasus Lapor Di Begal Bohong karena Judol

Kasus ini memperlihatkan bagaimana lapor di begal bohong karena judol tak hanya berdampak pada pelaku, tapi juga berpotensi menciptakan kegaduhan di masyarakat. Ketika seseorang mulai mencoba judi online karena iklan, lalu kalah, lalu berutang, dan akhirnya berbohong, itu artinya sudah menyentuh sisi paling gelap dari kecanduan.

“Saya menyesal. Laporannya semua bohong. Saya nggak bakal ulangi lagi,” kata A dengan nada lirih.

Kita perlu lebih waspada terhadap penyebaran iklan judol di media sosial. Banyak orang tergiur karena tampak mudah menang, padahal ujungnya hanyalah kerugian dan kehancuran pribadi.

Masyarakat juga perlu lebih terbuka dalam mencari bantuan, daripada menempuh jalur kebohongan yang bisa merusak masa depan. Pencegahan candu judol perlu di dukung oleh regulasi, edukasi, dan pengawasan lebih ketat.